Nama : PUTRI MARYAM ANGGREINI
Kelas : SMAK06-3
NPM : 25212773
UNIVERSITAS GUNADARMA
BUSINESS CYCLE DI PEREKONOMIAN
Fluktuasi atau perubahan yang
terjadi dalam kegiatan perekonomian disebut sebagai konjungtur atau business cycle.
Menurut Wesley C. Mitchell dan Arthur F. Burns dalam Ricardo (2007)
adalah:
“Business cycles area type of fluctuation
found in the aggregate economic activity of nations that organize their work
mainly in business enterprise ; a cycle consists of expansion occuring at about
the same time in many economic activities, followed by similarly general
recessions, contractions, and revival which merge into the expansion phaze of
the nextcycle ; this sequence of changes is recurrent but not periodic ; in
duration business cycle vary from more than one year to ten or twelve years ;
they are not divisible into shorter cycles of similar character with amplitudes
approximating their own”.
Definisi business cycle yang
tercantum dalam kamus ekonomi adalah sebagai fluktuasi dari tingkat kegiatan
perekonomian (PDB riil) yang saling bergantian antara masa depresi dan masa
kemakmuran (booms). Business cycle atau sikus ekonomi dapat
pula diartikan sebagai fluktuasi aktivitas ekonomi dari trend
pertumbuhan jangka panjangnya. Kata siklus sendiri mengandung arti pergantian
secara silih berganti antara periode pertumbuhan output yang cepat (inflasi)
dengan periode penurunan output (resesi). Adapun variabel yang digunakan untuk
mengatur fluktuasi ekonomi adalah GDP riil. Salah satu peran utama pemerintah
adalah unuk mengatasi business cycle dan mengurangi fluktuasi yang
terjadi (Ricardo, 2007).
Gambar 1.1. business cycle-konjungtur
depression
Didalam siklus perekonomian terdapat empat
tahapan dalam yaitu
1.
Tahap pertama dalah masa depresi (depession),
yaitu suatu periode penurunan permintaan agregat yang cepat yang diikuti dengan
rendahnya tingkat output dan tingkat pengangguran yang tinggi yang secara
bertahap mencapai dasar yang paling rendah;
2.
Tahap yang kedua adalah tahap pemulihan (recovery),
yaitu peningkatan permintaan agregat yang diikuti dengan peningkatan output dan
penurunan tingkat pengangguran;
3.
Tahap yang ketiga adalah masa kemakmuran (prosperity),
yaitu permintaan agregat yang mencapai dan kemudian melewati taraf output yang
terus menerus (PDB potensial) pada saat puncak siklus telah dicapai, dimana
tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dicapai dan adanya kelebihan permintaan
mengakibatkan naiknya tingkat harga-harga umum (inflasi);
4.
Tahap keempat adalah masa resesi (recession),
dimana permintaan agregat menurun, yang mengakibatkan penurunan yang kecil dari
output dan tenaga kerja, seperti yang terjadi pada tahap awal, seiring dengan
hal ini maka akan muncul masa depresi.
Setiap
siklus memiliki dua jenis titik balik (turning points), yaitu titik puncak
(peak) dan titik lembah (trough). Kedua titik balik ini menandakan sinyal
apabila arah dari pergerakan siklikal suatu indikator berubah dari periode
ekspansi ke periode kontraksi atau jika terjadi sebaliknya. Kedua titik balik
ini hanya dapat ditentukan menggunakan data time series yang merupakan deviasi
dari trendnya, yaitu merupakan definisi dari business cycle yang digunakan
dalam penelitian ini. Tahapan ini akan datang silih berganti sepanjang waktu
dalam perekonomian suatu negara (Ricardo, 2007).
Fluktuasi Ekonomi
Dalam perkembangan teori tentang fluktuasi
ekonomi, dunia ekonomi dihadapkan pada dua pandangan yang berbeda dalam
menjelaskan terjadinya fluktuasi output dan kesempatan kerja jangka pendek.
Teori tentang fluktuasi ekonomi yang paling umum saat ini adalah teori Real
Business Cycle, teori Business Cycle Keynesian dan teori Business
Cycle Moneter.
Teori Real Business Cycle
Teori Real Business Cycle memberi
kontribusi penting dalam ilmu ekonomi dengan memberi sudut pandang baru yang
berbeda dalam mengkaji fluktuasi jangka pendek dari output dan kesempatan kerja
(employment) yang dijelaskan dengan menggunakan substitusi tenaga
kerja antar waktu. Dalam teori ini, fluktuasi dianggap sebagai perubahan dalam
tingkat output alami atau keseimbangan dengan tetap mempertahankan model klasik
sebagai acuan. Teori ini mengasumsikan bahwa harga dan upah adalah fleksibel,
bahkan dalam jangka pendek. Dengan asumsi complete price flexibility,
teori ini menganut classical dichotomy dimana variabel-variabel
nominal seperti pergerakan uang dan tingkat harga tidak mempengaruhi
variabel-variabel di sektor riil seperti output dan pengangguran (Mankiw,
2000).
Teori ini menyatakan bahwa pergerakan di sektor
riil disebabkan oleh faktor alami di sektor ini sendiri. Seperti terjadinya technological
shock yang membuat produktivitas meningkat yang kemudian berakhir pada
perekonomian yang semakin meningkat. Dengan kata lain, semua fluktuasi di
sektor riil seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, tingkat konsumsi
dan investasi merupakan hasil reaksi dari individu-individu terhadap perubahan
dalam perekonomian.
Selama resesi/kemunduran teknologi dan output,
insentif untuk bekerja menurun karena teknologi produksi menurun. Asumsi lain
yang juga penting dalam teori ini adalah netralitas uang dalam perekonomian.
Hal ini berlaku juga untuk jangka pendek, dimana kebijakan moneter tidak akan
mempengaruhi variabel-variabel riil, seperti output dan kesempatan kerja.
Teori Business Cycle
Keynesian
Para pengkritik teori Real Business Cycle
umumnya berasal dari penganut aliran Keynesian. Banyak dari mereka
percaya bahwa fluktuasi output dan kesempatan kerja dalam jangka pendek
disebabkan oleh terjadinya fluktuasi dalam permintaan agregat akibat lambatnya
upah dan harga menyesuaikan dengan kondisi ekonomi yang sedang berubah. Dengan
kata lain teori ini percaya bahwa upah dan harga bersifat kaku/sulit berubah,
sehingga peranan pemerintah dalam kebijakan fiskal dan moneter sangat
diperlukan untuk menstabilkan perekonomian. Karena teori ini dibangun diatas model
permintaan agregat dan penawaran agregat tradisional, maka dalam teori ini
dikatakan bahwa perubahan harga dari biaya sekecil apapun akan memiliki dampak
makroekonomi yang besar karena adanya eksternalitas permintaan agregat. Teori
ini telah memasukkan guncangan pada sisi penawaran, ketidakstabilan moneter
dengan guncangan terhadap permintaan uang dalam modelnya (Mankiw, 2000).
Teori Keynesian menekankan pada
pentingnya ketidakstabilan agregat sebagai penyebab terjadinya fluktuasi
makroekonomi.
Teori Business Cycle
Moneter
Teori business cycle moneter menekankan
pada pentingnya guncangan permintaan, khususnya terhadap fluktuasi ekonomi,
tetapi hanya dalam jangka pendek. Dalam business cycle moneter dan keynesian,
uang mempengaruhi output sedangkan teori real business cycle
menyatakan bahwa output mempengaruhi uang.
Didalam siklus ekonomi ada pentahapan waktu tersebut langsung terkait dengan faktor
kekuatan paling berperan dalam gerak kegiatan gelombang ekonomi yang
bersangkutan.
1.
Siklus Jangka Pendek, menyangkut gerak gelombang
kegiatan ekonomi selama 3-4 tahun (rata-rata berkisar pada 40 bulan) dari
tingkat terendah sampai tingkat terndah berikutnya, dinamakan siklus Kitchen,
2.
Siklus Jangka Menengah, meliputi masa waktu 7-11 tahun
(rata-rata berkisar 9 tahun), disebut Siklus Juglar,
3.
Siklus Jangka Menengah/Panjang, masa waktu 15-22 tahun
(rata-rata kurang dari 20 tahun), disebut siklus Kuznets.
4.
Gerak Kecenderungan Jangka Panjang, menyangkut
gelombang ekonomi selama masa waktu 40-60 tahun (rata-rata 54 tahun) dikenal
sebagai Gelombang Kondratieff. Nicolai Kondratieff pemikir besar bangsa Rusia
awal abad XX murid dari Tugan-Baranowski.
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar