Kamis, 12 Desember 2013

KONSEP FLOW DAN CONJUNGTUR




Nama   : PUTRI MARYAM ANGGREINI
Kelas   : SMAK06-3
NPM   : 25212773

UNIVERSITAS GUNADARMA

BUSINESS CYCLE DI PEREKONOMIAN
Fluktuasi atau perubahan yang terjadi dalam kegiatan perekonomian disebut sebagai konjungtur atau business cycle. Menurut Wesley C. Mitchell dan Arthur F. Burns dalam Ricardo (2007) adalah:
“Business cycles area type of fluctuation found in the aggregate economic activity of nations that organize their work mainly in business enterprise ; a cycle consists of expansion occuring at about the same time in many economic activities, followed by similarly general recessions, contractions, and revival which merge into the expansion phaze of the nextcycle ; this sequence of changes is recurrent but not periodic ; in duration business cycle vary from more than one year to ten or twelve years ; they are not divisible into shorter cycles of similar character with amplitudes approximating their own”.
Definisi business cycle yang tercantum dalam kamus ekonomi adalah sebagai fluktuasi dari tingkat kegiatan perekonomian (PDB riil) yang saling bergantian antara masa depresi dan masa kemakmuran (booms). Business cycle atau sikus ekonomi dapat pula diartikan sebagai fluktuasi aktivitas ekonomi dari trend pertumbuhan jangka panjangnya. Kata siklus sendiri mengandung arti pergantian secara silih berganti antara periode pertumbuhan output yang cepat (inflasi) dengan periode penurunan output (resesi). Adapun variabel yang digunakan untuk mengatur fluktuasi ekonomi adalah GDP riil. Salah satu peran utama pemerintah adalah unuk mengatasi business cycle dan mengurangi fluktuasi yang terjadi (Ricardo, 2007).
Gambar 1.1. business cycle-konjungtur depression

Didalam siklus perekonomian terdapat empat tahapan dalam yaitu
1.      Tahap pertama dalah masa depresi (depession), yaitu suatu periode penurunan permintaan agregat yang cepat yang diikuti dengan rendahnya tingkat output dan tingkat pengangguran yang tinggi yang secara bertahap mencapai dasar yang paling rendah;
2.      Tahap yang kedua adalah tahap pemulihan (recovery), yaitu peningkatan permintaan agregat yang diikuti dengan peningkatan output dan penurunan tingkat pengangguran;
3.      Tahap yang ketiga adalah masa kemakmuran (prosperity), yaitu permintaan agregat yang mencapai dan kemudian melewati taraf output yang terus menerus (PDB potensial) pada saat puncak siklus telah dicapai, dimana tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dicapai dan adanya kelebihan permintaan mengakibatkan naiknya tingkat harga-harga umum (inflasi);
4.      Tahap keempat adalah masa resesi (recession), dimana permintaan agregat menurun, yang mengakibatkan penurunan yang kecil dari output dan tenaga kerja, seperti yang terjadi pada tahap awal, seiring dengan hal ini maka akan muncul masa depresi.
Setiap siklus memiliki dua jenis titik balik (turning points), yaitu titik puncak (peak) dan titik lembah (trough). Kedua titik balik ini menandakan sinyal apabila arah dari pergerakan siklikal suatu indikator berubah dari periode ekspansi ke periode kontraksi atau jika terjadi sebaliknya. Kedua titik balik ini hanya dapat ditentukan menggunakan data time series yang merupakan deviasi dari trendnya, yaitu merupakan definisi dari business cycle yang digunakan dalam penelitian ini. Tahapan ini akan datang silih berganti sepanjang waktu dalam perekonomian suatu negara (Ricardo, 2007).

Fluktuasi Ekonomi
Dalam perkembangan teori tentang fluktuasi ekonomi, dunia ekonomi dihadapkan pada dua pandangan yang berbeda dalam menjelaskan terjadinya fluktuasi output dan kesempatan kerja jangka pendek. Teori tentang fluktuasi ekonomi yang paling umum saat ini adalah teori Real Business Cycle, teori Business Cycle Keynesian dan teori Business Cycle Moneter.

Teori Real Business Cycle
Teori Real Business Cycle memberi kontribusi penting dalam ilmu ekonomi dengan memberi sudut pandang baru yang berbeda dalam mengkaji fluktuasi jangka pendek dari output dan kesempatan kerja (employment) yang dijelaskan dengan menggunakan substitusi tenaga kerja antar waktu. Dalam teori ini, fluktuasi dianggap sebagai perubahan dalam tingkat output alami atau keseimbangan dengan tetap mempertahankan model klasik sebagai acuan. Teori ini mengasumsikan bahwa harga dan upah adalah fleksibel, bahkan dalam jangka pendek. Dengan asumsi complete price flexibility, teori ini menganut classical dichotomy dimana variabel-variabel nominal seperti pergerakan uang dan tingkat harga tidak mempengaruhi variabel-variabel di sektor riil seperti output dan pengangguran (Mankiw, 2000).
Teori ini menyatakan bahwa pergerakan di sektor riil disebabkan oleh faktor alami di sektor ini sendiri. Seperti terjadinya technological shock yang membuat produktivitas meningkat yang kemudian berakhir pada perekonomian yang semakin meningkat. Dengan kata lain, semua fluktuasi di sektor riil seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, tingkat konsumsi dan investasi merupakan hasil reaksi dari individu-individu terhadap perubahan dalam perekonomian.
Selama resesi/kemunduran teknologi dan output, insentif untuk bekerja menurun karena teknologi produksi menurun. Asumsi lain yang juga penting dalam teori ini adalah netralitas uang dalam perekonomian. Hal ini berlaku juga untuk jangka pendek, dimana kebijakan moneter tidak akan mempengaruhi variabel-variabel riil, seperti output dan kesempatan kerja.

Teori Business Cycle Keynesian
Para pengkritik teori Real Business Cycle umumnya berasal dari penganut aliran Keynesian. Banyak dari mereka percaya bahwa fluktuasi output dan kesempatan kerja dalam jangka pendek disebabkan oleh terjadinya fluktuasi dalam permintaan agregat akibat lambatnya upah dan harga menyesuaikan dengan kondisi ekonomi yang sedang berubah. Dengan kata lain teori ini percaya bahwa upah dan harga bersifat kaku/sulit berubah, sehingga peranan pemerintah dalam kebijakan fiskal dan moneter sangat diperlukan untuk menstabilkan perekonomian. Karena teori ini dibangun diatas model permintaan agregat dan penawaran agregat tradisional, maka dalam teori ini dikatakan bahwa perubahan harga dari biaya sekecil apapun akan memiliki dampak makroekonomi yang besar karena adanya eksternalitas permintaan agregat. Teori ini telah memasukkan guncangan pada sisi penawaran, ketidakstabilan moneter dengan guncangan terhadap permintaan uang dalam modelnya (Mankiw, 2000).
Teori Keynesian menekankan pada pentingnya ketidakstabilan agregat sebagai penyebab terjadinya fluktuasi makroekonomi.

Teori Business Cycle Moneter
Teori business cycle moneter menekankan pada pentingnya guncangan permintaan, khususnya terhadap fluktuasi ekonomi, tetapi hanya dalam jangka pendek. Dalam business cycle moneter dan keynesian, uang mempengaruhi output sedangkan teori real business cycle menyatakan bahwa output mempengaruhi uang.
Didalam siklus ekonomi ada pentahapan  waktu tersebut langsung terkait dengan faktor kekuatan paling berperan dalam gerak kegiatan gelombang ekonomi yang bersangkutan.
1.      Siklus Jangka Pendek, menyangkut gerak gelombang kegiatan ekonomi selama 3-4 tahun (rata-rata berkisar pada 40 bulan) dari tingkat terendah sampai tingkat terndah berikutnya, dinamakan siklus Kitchen,
2.      Siklus Jangka Menengah, meliputi masa waktu 7-11 tahun (rata-rata berkisar 9 tahun), disebut Siklus Juglar,
3.      Siklus Jangka Menengah/Panjang, masa waktu 15-22 tahun (rata-rata kurang dari 20 tahun), disebut siklus Kuznets.
4.      Gerak Kecenderungan Jangka Panjang, menyangkut gelombang ekonomi selama masa waktu 40-60 tahun (rata-rata 54 tahun) dikenal sebagai Gelombang Kondratieff. Nicolai Kondratieff pemikir besar bangsa Rusia awal abad XX murid dari Tugan-Baranowski.

Referensi :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar